SEJARAH 7 PEJUANG REVOLUSI INDONESIA DAN KORBAN G30SPKI

Sejarah tentang pejuang revolusi tentu tak kan pernah habis untuk dibahas dan dikembangkan sejak bertahun – tahun. Sejatinya tidak mudah bagi negara Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaan yang berarti besar. Sekalipun membentangkan proklamasi kemerdekaan, akan tetapi para komunis anggota Gerakan 30 September Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (G30SPKI) tidak tinggal diam untuk membatasi para penerus bangsa. Pada akhirnya mereka melakukan aksi pemberontakan dan konfrontasi secara terang – terangan untuk menyempurnakan misinya.

Diketahui bahwa pahlawan revolusi diperuntukkan bagi para perwira dan panglima besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) yang gugur di tangan kelompok G30SPKI pada 01 Oktober 1965. Lantas siapa saja nama pahlawan yang tumbang untuk membela kebenaran dan keadilan pada peristiwa itu Mari kita lihat ulasan lengkapnya di bawah ini.

1. Letjen S. Parman – 1918
Pejuang revolusi yang pertama adalah Letnan Jenderal Siswondo Parman. Ia merupakan panglima tinggi TNI sejak Orde Lama. Terlahir pada 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah. S. Parman telah menimba ilmu hingga sekolah dokter. Tapi sayangnya tentara Jepang mengambil alih masa kejayaannya hingga dirinya putus sekolah di tengah jalan. Meski begitu, S. Parman beralih ke pendidikan lain yakni intelijen. Setelah lulus Ia pun langsung mengabdikan dirinya terhadap bangsa dan mencurigai gerak – gerak PKI atas rencana pemusnahan masa jabatan Ir. Soekarno. Akan tetapi masa baktinya berakhir tragis sejak kelompok PKI menculik dan membunuhnya ke Lubang Buaya.

2. Letjen R. Suprapto – 1920
Yang berikutnya yaitu Letnan Jenderal Anumerta R. Suprapto yang lahir pada 20 Juni 1920 di Purwokerto. Dalam sejarahnya, R. Suprapto telah banyak mengikuti segala macam pelatihan Pemuda, Keibodan, Syuisyintai dan lain sebagainya. Sampai pada suatu masa Ia bertugas di Kantor Pendidikan Masyarakat. Sejak Indonesia merdeka, R. Suprapto juga berkontribusi besar terhadap bangsa dengan melawan penjajah Jepang di Cilacap. Pada akhirnya Ia menjabat sebagai panglima perang di Purwokerto. Tapi sayangnya Ia menolak keras atas usulan PKI tentang pembentukan angkatan perang kelima. Kemudian Ia pun langsung diculik secara paksa dan dibunuh dengan cara tak wajar.

3. Jenderal Ahmad Yani – 1922
Pada 19 Juni 1922 lahir seorang perwira terbaik Indonesia bernama Ahmad Yani di Jenar, Purworejo. Dalam karirnya, Jenderal Ahmad Yani menimba ilmu di PETA (Pembela Tanah Air), Bogor. Menurut catatan sejarah, Ahmad Yani juga turut mengikuti program militer untuk memberantas aksi para PKI Madiun di pertengahan tahun 1948. Di tahun 1958, Ia pun menjabat sebagai Komando Operasi 17 Agustus untuk memberantas pemberontakan PPRI di Padang, Sumatra Barat. Namun pada tahun 1965, Ia pun juga harus menghembuskan nafas terakhirnya di tangan anggota PKI.

4. Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo – 1922
Pahlawan revolusi yang keempat adalah Mayor Jenderal Anumerta Sutoyo Siswomiharjo yang lahir pada 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Tercatat bahwa dirinya berhasil menduduki jabatan tertinggi sebagai Perwira TNI-AD. Diketahui bahwa Brigjen Sutoyo juga berhasil menumpas ketidakadilan atas perlakuan tentara Inggris sejak 1956 hingga 1959. Semasa hidupnya, Sutoyo Siswomiharjo menuntaskan Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta, kemudian meneruskan ke Pegawai Negeri Kantor Kabupaten di Purworejo. Pada saat hari Proklamasi tiba, Ia menjabat sebagai TKR kepolisian RI. Setelah itu Ia bertugas sebagai ajudan Kolonel Gatot Subroto dan akhirnya menduduki posisi Ketua Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo. Akan tetapi anggota PKI yang menentang keras kerja sama dengannya pun langsung menjemputnya secara paksa yang kemudian memasukkannya ke dalam Lubang Buaya.

5. Letjen M. T. Haryono – 1924
Di sisi lain, Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono merupakan sosok pejuang revolusi yang harus mengakhiri hidupnya dengan cara paling tragis. M.T. Haryono merupakan pria kelahiran Surabaya pada 20 Januari 1924. Rekam jejak pendidikannya bermula dari pendidikan Setingkat Sekolah Dasar (ESL) hingga sekolah tinggi kedokteran. Namun Ia tidak tamat pada waktu yang ditentukan atas dasar campur tangan koloni Jepang. Hingga akhirnya Ia menjabat sebagai Perwira TNI dan berhasil menjabat sebagai Deputi III Menteri Panglima Angkatan Darat, Atase Militer RI untuk Negeri Belanda dan Delegasi Militer Indonesia sebagai Sekretaris utama. Namun karya keegoisan PKI, Ia pun juga harus mati bersama pejuang revolusi lainnya di tempat yang sama.

6. Mayor Jenderal D. I. Panjaitan – 1925
Donald Isaac panjaitan yang bergelar Mayor Jenderal TNI Anumerta merupakan sosok pejuang anti komunis Indonesia yang lahir pada 19 Juni 1925 di Balige, Sumatra Utara. D. I. Panjaitan sempat menimba ilmu terhadap pendidikan militer semasa penjajahan Jepang. Kemudian Ia langsung dipindahtugaskan ke Riau dan Pekanbaru sejak Indonesia merdeka. Lalu dia berkarir di dunia militer dengan mengikuti program TKR. Setelah itu menjabat sebagai Asisten IV MenteriPanglima Angkatan Darat sebelum menuntaskan masa pendidikannya di Amerika Serikat. Tapi nama baiknya pun harus berakhir tragis ketika tangan anggota PKI mengelilinginya dan membuangnya ke Lubang Buaya.

7. Kapten Pierre Tendean – 1939
Dan Kapten CZI Anumerta Andreas Tendean merupakan Perwira militer Indonesia yang lahir pada 21 Februari 1939 di Batavia. Sebelumnya, Pierre Tendean sukses menuntaskan masa sekolahnya sebagai Angkatan Darat di Bandung. Yang kemudian melanjutkan sekolahnya di Jurusan Teknik. Sampai pada suatu masa, Ia pun berhasil menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution. Namun sayangnya Ia terperangkap pada kejahatan kelompok PKI dan mengakhiri hidupnya di tempat tak berdosa.

Posting Komentar

0 Komentar