Sang Saka Merah Putih yang telah dijadikan simbol dan identitas bangsa Indonesia tentu tidak serta – merta dapat berdiri tegak di seantero nusantara. Pastinya banyak perjalanan panjang yang harus dilampaui para pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia agar mampu membentangkan bendera tersebut. Sekalipun harus berakhir di medan perang, namun simbol tersebut memiliki arti yang begitu besar terhadap setiap jiwa, khususnya bagi para penerus bangsa.
Tidak sedikit sejarah lain yang mencerminkan bahwa mereka menggunakan lambang Merah dan Putih sebagai bendera pusaka paling sakral. Dan kisahnya awalnya bermula dari jaman Purbakala. Pada akhirnya terus berkibar di era kemerdekaan hingga detik ini. Menurut beberapa sumber terpercaya, bendera Merah Putih memiliki banyak makna yang tersimpan dari masa ke masa. Dan lanjutan uraian tersebut telah kami perjelas pada beberapa kajian berikut ini.
Jaman Purbakala
Pada jaman Purbakala, Merah Putih masih menjadi tanda tanya besar bagi setiap kalangan. Diketahui bahwa lambang tersebut terjadi menjadi dua periode yang pertama penemuan Purbakala. Dimana para masyarakat setempat masih mengantungkan paham tentang dinamisme dan animisme. Pada masa itu lambang tersebut diartikan sebagai Surya-Candra atau Aditia-Candra yang selalu dijadikan sebagai penghormatan tertinggi terhadap Sang Rembulan dan Sang Matahari. Aditia-Candra telah diartikan sebagai kepercayaan dan kesusastraan bagi seluruh Nusantara.
Sementara periode kedua yaitu lambang Merah Putih diartikan sebagai getih yang dalam bahasa Jawa berarti darah. Dimana darah tersebut mengalir pada seluruh mahkluk hidup seperti manusia dan hewan. Tak hanya itu saja, getih Merah Putih juga mengalir dalam organ setiap tanaman. Dari situ beberapa warga setempat meyakini bahwa lambang merupakan awal mula identitas bangka Indonesia.
Jaman Pertengahan
Lebih lanjut, jaman pertengahan yang awalnya didominasi oleh agama Hindu-Budha sukses menemukan banyak bukti tentang sejarah Merah Putih. Salah satunya yang paling masuk akal yaitu tertuang pada Kitab Ramayana yang menyatakan bahwa seantero Nusantara Negeri memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah. Sampai – sampai kekayaan hayati tersebut merasuki negara lain untuk melakukan pemberantasan.
Bagi warga sekitar, kepulauan Merah-Putih yang sangat kaya akan segalanya tidak layak untuk dipindahtangankan kepada negara lain. Mereka rela berjuang untuk mengabadikan dua warga tersebut sebagai lambang abadi negara. Pada akhirnya pun peperangan terjadi dan lambang tersebut tetap memiliki arti terpendam bagi para pejuang yang gugur di medan perang.
Jaman Penjajahan
Di sisi lain, bendera Merah Putih juga sempat dikibarkan pada saat terjadinya Perang Jawa (Sabil) yang pada saat itu dipimpin langsung oleh Pangeran Diponegoro. Pada peristiwa Perang Diponegoro, para tentara Belanda merasa geram melihat pasukan Indonesia semakin banyak, terutama mereka yang berani membentangkan Sang Saka Merah Putih secara terang – terangan di alam terbuka. Perang Sabil pun terjadi hingga menewaskan ribuan nyawa dan membumihanguskan daerah Jawa. Hingga akhirnya mereka berhasil menangkap Pangeran Diponegoro dan menewaskannya ke Makassar.
Tak hanya itu saja, abad ke-20 pun menjadi saksi bahwa bendera Merah Putih diambil alih oleh gerakan pemuda Indonesia dan penganut paham nasionalis sejak jaman penjajahan Belanda. Tujuan itu diartikan untuk menghormati kedigdayaan negara Belanda. Pada saat itu, sejumlah organisasi para pelajar Indonesia tak henti – hentinya mengibarkan Sang Saka Merah Putih dengan menempatkan Kepala Banteng di bagian tengah. Sehingga pengaruh tersebut menciptakan semangat juang atas Hari Kebangkitan Nasional.
Lebih dari itu, benda Merah Putih pun mengalami perubahan yang cukup signifikan pada 28 Oktober 1928. Dimana tak ada lambang Kepala Banteng dan hanya menyisakan warna merah dan putih secara polos. Beberapa hari sebelum Indonesia Merdeka, salah seorang proklamator kemerdekaan Ki Hajar Dewantara ditunjuk untuk mendirikan tim khusus dalam meneliti dan menelaah arti bendera dan menciptakan Lagu Kebangsaan Indonesia. Diketahui bahwa hasil rapat tersebut telah memutuskan bahwa penggunaan bendera harus berukuran lebar 2 meter dan panjang 3 meter.
Akhirnya pun mereka merumuskan bahwa warna Merah diartikan sebagai keberanian dan warna Putih dilambangkan sebagai suci. Dan secara keseluruhan warna Merah Putih berarti Berani atas Kebenaran. Dalam sejarah awalnya, Ibu Fatmawati ditunjuk untuk merajut bendera tersebut berbahan dasar katun Jepang dan kain Wool daro dari London sejak tahun 1944.
Era Kemerdekaan
Pengibaran bendera Merah Putih di era kemerdekaan tidak serta – merta mengudara. Sebab banyak anggapan yang menilai bahwa lambang tersebut memiliki arti yang berbeda bagi setiap daerah. Jika melihat peristiwa yang terjadi pada tahun 1929, tentara Jayakatwang melakukan pemberontakan secara besar – besaran terhadap kekuasaan Prabu Kertanegara dari kerajaan Singasari. Aksi tersebut mengibarkan panji Merah Putih untuk menghadang para lawan.
Namun sejak berakhirnya era penjajahan Jepang pada 7 September 1994, negara Indonesia diberi kesempatan untuk mendapatkan kemerdekaan dengan persyaratan tak menentu. Meski begitu, Presiden Ir. Soekarno yang turun tangan dalam menghadapi persoalan itu langsung menyelenggarakan sidang paripurna untuk melakukan pembasahan lebih lanjut terkait pengibaran Sang Saka Merah Putih serta Lagu Kebangsaan Indonesia.
Yang kemudian setelah bendera tersebut telah ditetapkan berdasarkan ukuran, sang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Ir. Soekarno meresmikan bahwa Sang Saka Merah Putih harus berkibar bertepatan pada Hari Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Orang pertama yang bertugas untuk mengibarkan bendera tersebut adalah Suhud dan Latief Hendraningrat. Sempat terjadi pemindahan bendera pusaka hingga berakhir di Gedung Agung. Akan tetapi era Kepemimpinan Soeharto berhasil mengamankan pusaka bersejarah tersebut di Istana Merdeka sejak 17 Agustus 1968.
Tidak sedikit sejarah lain yang mencerminkan bahwa mereka menggunakan lambang Merah dan Putih sebagai bendera pusaka paling sakral. Dan kisahnya awalnya bermula dari jaman Purbakala. Pada akhirnya terus berkibar di era kemerdekaan hingga detik ini. Menurut beberapa sumber terpercaya, bendera Merah Putih memiliki banyak makna yang tersimpan dari masa ke masa. Dan lanjutan uraian tersebut telah kami perjelas pada beberapa kajian berikut ini.
Jaman Purbakala
Pada jaman Purbakala, Merah Putih masih menjadi tanda tanya besar bagi setiap kalangan. Diketahui bahwa lambang tersebut terjadi menjadi dua periode yang pertama penemuan Purbakala. Dimana para masyarakat setempat masih mengantungkan paham tentang dinamisme dan animisme. Pada masa itu lambang tersebut diartikan sebagai Surya-Candra atau Aditia-Candra yang selalu dijadikan sebagai penghormatan tertinggi terhadap Sang Rembulan dan Sang Matahari. Aditia-Candra telah diartikan sebagai kepercayaan dan kesusastraan bagi seluruh Nusantara.
Sementara periode kedua yaitu lambang Merah Putih diartikan sebagai getih yang dalam bahasa Jawa berarti darah. Dimana darah tersebut mengalir pada seluruh mahkluk hidup seperti manusia dan hewan. Tak hanya itu saja, getih Merah Putih juga mengalir dalam organ setiap tanaman. Dari situ beberapa warga setempat meyakini bahwa lambang merupakan awal mula identitas bangka Indonesia.
Jaman Pertengahan
Lebih lanjut, jaman pertengahan yang awalnya didominasi oleh agama Hindu-Budha sukses menemukan banyak bukti tentang sejarah Merah Putih. Salah satunya yang paling masuk akal yaitu tertuang pada Kitab Ramayana yang menyatakan bahwa seantero Nusantara Negeri memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah. Sampai – sampai kekayaan hayati tersebut merasuki negara lain untuk melakukan pemberantasan.
Bagi warga sekitar, kepulauan Merah-Putih yang sangat kaya akan segalanya tidak layak untuk dipindahtangankan kepada negara lain. Mereka rela berjuang untuk mengabadikan dua warga tersebut sebagai lambang abadi negara. Pada akhirnya pun peperangan terjadi dan lambang tersebut tetap memiliki arti terpendam bagi para pejuang yang gugur di medan perang.
Jaman Penjajahan
Di sisi lain, bendera Merah Putih juga sempat dikibarkan pada saat terjadinya Perang Jawa (Sabil) yang pada saat itu dipimpin langsung oleh Pangeran Diponegoro. Pada peristiwa Perang Diponegoro, para tentara Belanda merasa geram melihat pasukan Indonesia semakin banyak, terutama mereka yang berani membentangkan Sang Saka Merah Putih secara terang – terangan di alam terbuka. Perang Sabil pun terjadi hingga menewaskan ribuan nyawa dan membumihanguskan daerah Jawa. Hingga akhirnya mereka berhasil menangkap Pangeran Diponegoro dan menewaskannya ke Makassar.
Tak hanya itu saja, abad ke-20 pun menjadi saksi bahwa bendera Merah Putih diambil alih oleh gerakan pemuda Indonesia dan penganut paham nasionalis sejak jaman penjajahan Belanda. Tujuan itu diartikan untuk menghormati kedigdayaan negara Belanda. Pada saat itu, sejumlah organisasi para pelajar Indonesia tak henti – hentinya mengibarkan Sang Saka Merah Putih dengan menempatkan Kepala Banteng di bagian tengah. Sehingga pengaruh tersebut menciptakan semangat juang atas Hari Kebangkitan Nasional.
Lebih dari itu, benda Merah Putih pun mengalami perubahan yang cukup signifikan pada 28 Oktober 1928. Dimana tak ada lambang Kepala Banteng dan hanya menyisakan warna merah dan putih secara polos. Beberapa hari sebelum Indonesia Merdeka, salah seorang proklamator kemerdekaan Ki Hajar Dewantara ditunjuk untuk mendirikan tim khusus dalam meneliti dan menelaah arti bendera dan menciptakan Lagu Kebangsaan Indonesia. Diketahui bahwa hasil rapat tersebut telah memutuskan bahwa penggunaan bendera harus berukuran lebar 2 meter dan panjang 3 meter.
Akhirnya pun mereka merumuskan bahwa warna Merah diartikan sebagai keberanian dan warna Putih dilambangkan sebagai suci. Dan secara keseluruhan warna Merah Putih berarti Berani atas Kebenaran. Dalam sejarah awalnya, Ibu Fatmawati ditunjuk untuk merajut bendera tersebut berbahan dasar katun Jepang dan kain Wool daro dari London sejak tahun 1944.
Era Kemerdekaan
Pengibaran bendera Merah Putih di era kemerdekaan tidak serta – merta mengudara. Sebab banyak anggapan yang menilai bahwa lambang tersebut memiliki arti yang berbeda bagi setiap daerah. Jika melihat peristiwa yang terjadi pada tahun 1929, tentara Jayakatwang melakukan pemberontakan secara besar – besaran terhadap kekuasaan Prabu Kertanegara dari kerajaan Singasari. Aksi tersebut mengibarkan panji Merah Putih untuk menghadang para lawan.
Namun sejak berakhirnya era penjajahan Jepang pada 7 September 1994, negara Indonesia diberi kesempatan untuk mendapatkan kemerdekaan dengan persyaratan tak menentu. Meski begitu, Presiden Ir. Soekarno yang turun tangan dalam menghadapi persoalan itu langsung menyelenggarakan sidang paripurna untuk melakukan pembasahan lebih lanjut terkait pengibaran Sang Saka Merah Putih serta Lagu Kebangsaan Indonesia.
Yang kemudian setelah bendera tersebut telah ditetapkan berdasarkan ukuran, sang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Ir. Soekarno meresmikan bahwa Sang Saka Merah Putih harus berkibar bertepatan pada Hari Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Orang pertama yang bertugas untuk mengibarkan bendera tersebut adalah Suhud dan Latief Hendraningrat. Sempat terjadi pemindahan bendera pusaka hingga berakhir di Gedung Agung. Akan tetapi era Kepemimpinan Soeharto berhasil mengamankan pusaka bersejarah tersebut di Istana Merdeka sejak 17 Agustus 1968.
0 Komentar