
GEMPA yang mengguncang dari Karawang-Bekasi pada Rabu lalu, 20 Agustus 2025, dan menyebabkan kerusakan di dua wilayah itu, dipicu oleh aktivitas Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat (West Java Back-arc Thrust). Sesar ini sudah aktif sejak lima juta tahun lalu dan gempa terkini berasal dari bagiannya yang dikenal sebagai Segmen Citarum.
Peneliti di Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sonny Aribowo, mengukuhkan keterangan sebelumnya dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang pemicu gempa tersebut. “Dari hasil penelitian saya, sesar gempa itu sudah aktif dari zaman pliosen sekitar 5 juta tahun yang lalu,” ucapnya saat dihubungi pada Senin, 25 Agustus 2025.
Sonny menerangkan, Sesar Naik Busur Belakang Jawa membentang dari selatan Jakarta hingga ke Surabaya. Bahkan patahan gempa ini ada kemungkinan menyambung juga dengan Sesar Naik Busur Belakang Flores. Sesar yang terakhir itu pernah memicu gempa merusak di Lombok pada 2018.
Sesar Naik Busur Belakang Jawa, Sonny menjelaskan, tidak hanya satu garis. Paleoseismolog ini menyebut terdapat 12 segmen atau bagian yang salah satunya dikenal sebagai Segmen Citarum. "Secara terminologi, gempa yang berpusat 19 kilometer arah tenggara Kabupaten Karawang pada 20 Agustus lalu bukan bagian dari Sesar Baribis, karena ada segmen sendiri bernama Segmen Baribis," tuturnya.
Berdasarkan Ekspedisi Sesar Baribis yang dilakukannya terakhir pada tahun lalu, Sonny menyatakan mendapati jejak sesar di Ujung Jaya atau dekat Gunung Tampomas, Jawa Barat. Lalu ditemukannya permukaan batuan yang seperti dipoles halus akibat proses slip atau gesekan (slickenside) di Cirebon, dan singkapan di Subang, tepatnya di Sungai Cipunegara dan di Sungai Cipeer.
“Patahan ini aktif dengan salah satu buktinya itu ada Gempa M4,7 yang mengguncang Karawang-Bekasi pada 20 Agustus lalu," katanya menambahkan.
Menurut Sonny, di West Java Back-arc Thrust setidaknya pernah terjadi lima kali gempa besar selama 50 ribu tahun ke belakang. Namun, tentu saja, masih menjadi misteri kapan lagi terjadi potensi gempa di sesar tersebut. “Tapi mulai sekarang kita bisa membangun proyek mitigasi yang masif dari usia dini dan pembangunan yang lebih baik,” ujarnya lagi.
Dalam keterangan terpisah, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menunjuk salah satu gempa merusak sebelumnya di Karawang dan Bekasi terjadi pada 1862. Estimasi magnitudo sekitar M5,8. "Sayangnya gempa tidak terdokumentasi dengan baik seperti gempa kuat masa lalu lainnya," katanya dalam keterangan tertulis yang dibagikannya, 24 Agustus lalu.
Sebagaimana diketahui, gempa M4,7 pada 20 Agustus dirasakan lebih luas hingga Jakarta dan sekitarnya. Kerusakan juga dilaporkan dari wilayah Bandung Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar