Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Papeda: Hidangan Legendaris dari Papua dan Maluku dengan Khasiat Luar Biasa

Senin, 06 Januari 2025 | Senin, Januari 06, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-19T02:45:42Z

Papeda, hidangan asli dari Papua dan Maluku, memberikan pengalaman tersendiri berkat kekenyalannya serta rasanya yang netral.

Terbuat dari bahan utama sagu, papeda memiliki tekstur yang mirip lem atau gel dengan warna putih transparan. Di dalam terminologi Inanwatan, sebuah dialek lokal di Papua, hidangan ini disebut sebagai dao.

Rasa papeda dan penyajiannya

Rasa papeda yang tawar menjadikannya cocok dipadukandengan berbagai hidangan berkuah. Umumnya, papeda disajikan bersama ikan tongkol berbumbu kunyit atau kuah kuning yang gurih. Daun melinjo muda, yang biasa disebut dengan sayur ganemo, sering kali menjadi teman tetap dalam hidangan tradisional tersebut.

Trek jejak sejarah serta keunikan budaya papedan

Papeda tidak sekadar masakan, tetapi juga lambang budaya serta sejarah masyarakat di Papua dan Maluku.

Makanan ini sudah sejak lama populer di antara komunitas suku Sentani dan Abrab yang tinggal di area Danau Sentani, Arso, serta Manokwari. Di beragam daerah di Papua dan Maluku, papeda sering menjadi hidangan utama pada pelaksanaan perayaan besar dan upacara tradisional.

Masyarakat Papua, terutama di daerah Raja Ampat, menghargai sagu melebihi batas sebagai sumber makanan saja.

Dalam mitologi setempat, sagu dianggap sebagai hasil penjelmaan manusia dan dilengkapi dengan cerita sakral. Oleh karena itu, panen sagu kerap dirayakan dengan upacara sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan terhadap alam.

Pada perayaan tradisional di Papua seperti Watani Kame yang mengisyaratkan penutupan siklus kehidupan seseorang, papeda menjadi salah satu elemen dalam acara ini dan dibagikan kepada para individu yang memiliki peranan signifikan dalam prosesi tersebut.

Di Inanwatan, sementara itu, papeda dengan daging babi menjadi hidangan utama pada upacara peringatan kelahiran anak sulung, serta dimakan oleh wanita ketika membuat tato sebagai cara mengurangi rasa sakit.

Di Pulau Seram, Maluku, suku Nuaulu menamai papeda sebagai sonar monne, yang digunakan dalam ritual kematangan seksual bagi perempuan muda.

Bahkan, bagi beberapa suku seperti Nuaulu dan Huaulu, memasak papeda dianggap tabu bagi perempuan yang sedang menstruasi.

Proses pengolahan papeda yang unik

Papeda disiapkan menggunakan inti tepung sagu yang dicampur dengan air panas hingga kental dan berwarna abu-abu transparan. Adukan campuran tersebut perlu dilakukan secara melingkar agar mencapai tekstur seperti bubur kenyal.

Untuk mengonsumsinya, digunakan sumpit atau garpu khusus, kemudian digulung dan diseruput secara langsung tanpa harus dikunyah.

Keuntungan bagi kesehatan dari papeda yang berlimpah

Tersembunyi di balik kebiasaanannya yang sederhana, papeda memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan tubuh. Hidangan ini merupakan makanan dengan kadar kolesterol rendah, tingkat serat yang cukup tinggi, dan juga memuat sejumlah nutrisi esensial termasuk protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, serta zat besi.

Konsumsi papeda dengan teratur dianggap bisa memperkuat kekebalan tubuh, merawat sistem pencernaan, menghilangkan racun dari paru-paru, serta mengurangi kemungkinan terserang kanker usus.

Sagu, makanan bergizi yang melimpah.

Sagu, komponen utama dalam membuat papeda, diperoleh dari batang pohon Metroxylon sagu Rottb, yaitu jenis kelapa sawit yang berkembang biak dengan baik di area lembab seperti rawa dan pinggir Sungai. Setiap pohon sagu dapat memberikan hasil hingga 300 kilogram tepung sagu kepada para petani.

Di luar sebagai bubur papeda, sagu pun bisa dibuat menjadi berbagai jenis makanan lain seperti sagu lempeng, sagu bakar dengan tambahan kelapa, serta sagu bakar apatar.

Sagu memiliki nutrisi yang komplit serta proses pembuatannya cukup sederhana, sehingga disebutkan dapat menjadi pilihan tepat untuk menggantikan nasi sebagai makanan utama nasional.

Sebagai bagian dari kekayaan pangan Nusantara, sagu dan papeda patut dijaga dan dilestarikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update