3 FAKTA MENGAPA HARUS BERHEMAT LISTRIK


Mungkin lucu mendengar, jika "penjual" benar-benar memanggil "pembeli" untuk tidak membeli barang yang dijual dalam jumlah besar. Bukankah pembelian barang memberi banyak manfaat kepada "penjual"? Lalu, mengapa ini tidak dilakukan? Apakah "Penjual" tidak menginginkan laba?

Ilustrasi ini sepertinya cocok jika kita dihadapkan dengan PT. PLN (Persero) sebagai "Penjual" listrik saat ini. Kenapa tidak? PT. PLN (Persero) sebagai satu-satunya perusahaan di Indonesia yang memproduksi dan memasok energi listrik untuk masyarakat selalu menarik bagi masyarakat sebagai "Pembeli" barang dagangan mereka untuk selalu ekonomis dalam menggunakan listrik. Bahkan jika kita berorientasi pada "hukum dagang", PT. PLN (Persero) sebenarnya harus mengimbau masyarakat untuk menggunakan energi listrik secara masif, karena situasi ini nantinya akan memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan perusahaan itu sendiri. Namun faktanya tidak demikian. Permohonan banding untuk menghemat uang dalam penggunaan listrik masih dilakukan secara intensif.

3 Fakta yang harus kita ketahui, mengapa berhemat dalam penggunaan listrik perlu dilakukan?
1. Penghematan akan sangat membantu PLN untuk menjamin kesinambungan pasokan listrik
Sampai saat ini masih terdapat kesenjangan (perbedaan) antara Biaya Produksi Listrik dengan harga jual ke pelanggan. Salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi biaya produksi listrik adalah harga Bahan Bakar, dimana PLN harus membeli bahan bakar untuk pembangkit listrik dengan harga yang mengikuti mekanisme pasar. Sementara itu, Harga jual PLN ( Regulated). PLN tidak bisa menaikkan harga jual listrik tanpa persetujuan Pemerintah dan lembaga Legislatif (DPR). Sebab harga jual listrik diatur dalam Tarif Dasar Listrik (TDL) yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden. Dengan kondisi yang demikian, PLN mengambil pilihan untuk melakukan efisiensi dan penghematan internal perusahaan, dibarengi dengan himbauan dan ajakan kepada pelanggan untuk benar-benar hemat listrik.

2. Membantu Pemerintah Mengurangi Alokasi Subsidi Listrik
Selama ini negara masih mensubsidi selisih biaya produksi listrik, karena tarif listrik yang dikenakan ke pelanggan masih jauh di bawah harga produksi. Sayangnya jumlah subsidi terbatas. Dengan kenaikan harga Bahan Bakar pembangkit PLN yang sangat fluktuatif . Tentunya, subsidi listrik yang melonjak sangat membebani anggaran keuangan Pemerintah (APBN). Padahal yang perlu disubsidi Pemerintah tak hanya listrik, tapi ada sektor lain yang jauh lebih penting seperti Pendidikan, Kesehatan Masyarakat dan sektor pembangunan lainnya. Nah, apabila setiap pelanggan PLN secara nyata benar-benar melakukan penghematan pemakaian listrik, maka akan sangat membantu Pemerintah mengurangi alokasi Subsidi listrik untuk dialihkan ke sektor pembangunan lainnya yang juga lebih penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Menyeimbangkan Pasokan Listrik dengan Kebutuhan Akan Listrik
Adanya ketidakseimbangan antara pertumbuhan konsumsi listrik pelanggan yang lebih cepat meningkat dibandingkan dengan kemampuan PLN dalam menyediakan pembangkit listrik. Untuk membangun pembangkit listrik jenis PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) berkapasitas 2 x 100 MW – seperti PLTU Tarahan – membutuhkan waktu paling cepat 3 (tiga) tahun, baru bisa beroperasi. Ini diluar waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan persiapan, seperti penyediaan dan pembebasan lahan. Sedangkan setiap tahun pertumbuhan konsumsi listrik terus menanjak. Itulah sebabnya masyarakt dihimbau untuk senantiasa bijak dan hemat dalam penggunaan listrik. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan antara penyediaan pasokan listrik dengan pertumbuhan konsumsi listrik masyarakat sehingga kesinambungan pasokan listrik lebih terjamin.

Sumber : plnbalikpapan.com
Sumber Gambar : lampuled.garasimama.com

Posting Komentar

0 Komentar