
Di antara deretan kuliner khas Betawi, nama ketupat babanci mungkin terdengar asing bagi sebagian generasi muda.
Meski tak sepopuler kerak telor atau soto betawi, hidangan yang satu ini justru menyimpan sejarah panjang dan rasa khas yang sulit tergantikan.
Namun sayangnya, ketupat babanci kini menjadi kuliner langka, hanya muncul pada momen-momen istimewa seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Salah satu pelestari rasa ketupat babanci di Jakarta Timur mengungkapkan dirinya rutin menyajikan hidangan ini dalam acara-acara besar seperti Festival Condet.
Kuah Kaya Rempah dan Rasa yang Unik
Menurut pelestrasi kuliner ini, kelangkaan ketupat babanci saat ini bukan karena minimnya peminat, melainkan karena bahan bakunya yang sulit ditemukan, seperti akar angin dan bontor.
Akar angin yang memiliki bentuk seperti benalu, saat ini susah ditemui. Biasanya tumbuhan ini digunakan untuk jamu. Sementara bontor dari biji kecipir kering, tidak selalu ada di pasar.
Sekilas, tampilan ketupat babanci menyerupai gulai dengan kuah kuning yang kental. Namun saat dicicipi, terasa percampuran rasa asin, gurih, dan aroma rempah yang sangat kuat.
Komposisi kuahnya pun tidak biasa, yakni terbuat dari campuran air bening, santan, dan air kelapa, memberikan tekstur dan cita rasa yang khas.
Hidangan ini disajikan dengan lontong, potongan daging sapi, kentang, dan yang paling unik ialah kelapa muda parut. Kombinasi ini menjadikan ketupat babanci berbeda dari gulai atau kari pada umumnya.
Nama “Babanci” dan Asal-usulnya
Ketupat babanci bukan hanya kaya rasa, tetapi juga kaya makna. Nama “babanci” sendiri punya dua versi cerita.
Menurut pemberitaan FSAGUNG(04/09/2022), ketupat babanci berasal dari gabungan budaya Betawi dan Tionghoa, yakni "Baba" yang berarti ayah dalam bahasa Betawi, dan "Enci" yang berarti ibu dalam bahasa Tionghoa.
Sementara versi kedua mengacu pada identitas rasa yang tak jelas kategori, yakni bukan gulai, bukan opor, bukan kari, juga bukan sop.
Inilah yang membuat kuliner ini dinamai “babanci” karena tidak jelas jati dirinya, atau dalam bahasa Betawi, campur-campur tapi enak.
Dari Resep Turun-temurun, Kini Hanya Muncul di Momen Spesial
Resep sayur ketupat babanci biasanya merupakan warisan keluarga yang diajarkan dari generasi ke generasi.
Karena bahan baku yang langka dan waktu masak yang panjang, kini ketupat babanci hanya disajikan saat festival dan hari besar.
Biasanya, satu porsi ketupat babanci lengkap dengan minuman dibanderol Rp 25.000 – Rp 35.000.
Ketupat babanci adalah bagian dari identitas kuliner Betawi yang semakin tergerus zaman.
Di tengah gempuran makanan instan maupun kuliner dari budaya luar, kehadiran hidangan tradisional seperti ini menjadi penting untuk terus diperkenalkan, terutama kepada generasi muda.
Jika tak ada yang mewarisi, bukan tak mungkin ketupat babanci hanya tinggal nama dalam buku resep kuliner nusantara yang sudah hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar