Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Penetrasi Gaya Anime: Psikologi di Balik Trend Filter AI Ghibli yang Lebih dari sekedar Transisi Keanime-an

Selasa, 08 April 2025 | Selasa, April 08, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-07T03:38:18Z

FSAGUNG Baru-baru ini media sosial dipenuhi oleh tren menggunakan filter foto AI yang menghasilkan gambar ala Studio Ghibli.

Peristiwa ini berlangsung akibat fitur yang memungkinkan pengguna mengubah foto menjadi gaya anime khas Studio Ghibli melalui Chat GPT.

Banyak orang tidak mau kalah dan turut serta dalam mengikuti tren itu. Gambar-gambar dengan mata besar ala anime, penerangan yang lembut, serta suasana berwarna seperti pada film Studio Ghibli menjadi fenomena yang menjelma sebagai konten populer di lini masa media sosial.

ternyata di belakang kereta itu, ada fenomena psikologis yang menarik terkandung.

Lebih dari sekadar filter lucu, ternyata tren AI Ghibli berkaitan dengan hal yang mencerminkan sebuah kerinduan.

Bagaimana penjelasan psikologisnya? Dilansir dari Blog Herald, simak empat penjelasan psikologis dari tren filter foto AI Studio Ghibli.

  1. Nuansa nostalgia

Banyak orang yang merindukan nuansa film Ghibli, seperti ‘My Neighbor Totoro’ atau ‘Spirited Away’ yang menawarkan pelarian dari realitas ke dunia anime.

Merombak gambar agar memiliki gaya Ghibli menarik banyak orang untuk sejenak terjun ke dalam dunia itu.

  1. Kenyamanan

Tren ini juga dipicu oleh efek menenangkan dari gaya seni Ghibli yang lembut. Pemandangan alam yang tenang dan warna yang hangat memberikan kenyamanan tersendiri.

Mengubah foto menjadi gaya Ghibli adalah cara untuk menciptakan pelarian dari keruwetan dunia.

  1. Tak ingin ketinggalan

Selain itu, rasa ingin tahu dan tak ingin ketinggalan tren menjadi satu pendorong ramainya penggunaan AI Studio Ghibli ini.

Ini adalah bentuk karakter FOMO di mana banyak orang ingin melihat bagaimana penampilan mereka dalam karakter anime.

  1. Etika penggunaan AI

Akan tetapi, penerapan kecenderungan ini dalam bidang kesenian berbasis AI pun telah mengundang diskusi tentang masalah etika. Sebagian individu memiliki pandangan bahwa menggunakan AI untuk mensimulasikan gaya seni Ghibli dapat diartikan sebagai suatu bentuk pelecehan terhadap estetika dari karya aslinya serta bisa jadi merupakan pelanggaran hak cipta.

Pendiri Studio Ghibli, Hayao Miyazaki, terkenal dengan ketidaksukaannya pada karya seni yang diciptakan oleh kecerdasan buatan.

Di atas semua itu, menggali dan mendapatkan suatu gaya seni memerlukan waktu yang cukup panjang.

Karena seni adalah suatu proses yang memerlukan waktu untuk mengasah keterampilan serta menetapkan gaya artistik tertentu.

Agar bisa mendapat gaya seni yang dapat menjangkau banyak orang, pastinya tidak merupakan pekerjaan yang sederhana.

Oleh karena itu, banyak individu memilih jalur cepat dengan menerapkan kecerdasan buatan agar dapat menangkap suatu gaya seni dan menjadikannya sebagai filter gambar.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update